Jumat, 23 Juli 2010

ADA sejarah panjang di balik batik yang bisa menguraikan tradisi. Begitu juga dengan batik Keraton Kanoman Cirebon yang hampir punah digerus waktu.

Selama ini, batik Cirebon kerap dikaitkan dengan motif megamendung yang menjadi ciri khas batik dari kota pelabuhan tersebut. Padahal, sejarah batik Cirebon jauh lebih kaya ketimbang sekadar motif megamendung semata. Sejarah itu pun dimulai sejak berabad lalu, seiring perkembangan masyarakat Cirebon. Daerah Trusmi, yang dikenal sebagai penghasil batik di Cirebon, juga ikut bertumbuh dalam perkembangan tersebut.

Dipercaya, batik Trusmi merupakan perluasan dari kebiasaan membatik di kalangan warga keraton. Pada waktu itu, kegiatan membatik hanya dilakukan di daerah keraton karena batik menjadi simbol status bagi keluarga sultan dan para bangsawan Cirebon. Namun, akibat terjadi peperangan dan perpecahan kekuasaan, perajin batik keraton pun akhirnya dipulangkan ke daerah masing-masing. Salah satu daerah asal para perajin tersebut adalah Trusmi, di mana batik Cirebon terus berkembang.

Wilayah Cirebon yang merupakan pelabuhan besar pun menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan batik. Adanya akulturasi kepercayaan, seni, dan budaya yang dibawa serta para pedagang masa lampau memberi warna baru yang kemudian melahirkan konsep batik pesisiran. Suntikan pengaruh Oriental dari saudagar asal China pun tak kalah menambah semarak batik Cirebon. Mencipta motif baru, layaknya binatang khayal, kirin maupun naga, serta penggunaan kombinasi warna yang cenderung lebih cerah.

Adapun motif batik keraton sendiri pun tidak terlepas dari pengaruh akulturasi budaya tersebut. Hal itu terlihat di beberapa koleksi batik keraton yang memiliki sentuhan Oriental, baik dalam hal pewarnaan maupun ragam hiasnya. Namun, kemajuan zaman dan industri membuat batik status simbol para bangsawan ini tersingkir. Akibatnya, pamor batik Keraton Cirebon memudar, bahkan bisa dikatakan tergilas waktu.

Sebaliknya, batik pesisiran berkembang cepat. Masyarakat pesisir menjadi agen penyebar utama, mereka banyak berhubungan dengan bangsa lain, yang kemudian semakin memperkaya motif dan warna batik pesisiran. Batik pun tidak lagi dikenakan oleh kalangan terbatas, malah menjadi komoditi perdagangan dan mata pencaharian bagi masyarakat Cirebon hingga kini.

Kondisi kontras tersebut menghadirkan kecemasan tersendiri. Bagaimanapun, batik merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Apalagi motif batik menyimpan banyak cerita sejarah masa lalu serta falsafah hidup yang dianut nenek moyang. Berangkat dari keprihatinan tersebut, generasi ke-12 Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Perkumpulan Nurani Budaya Indonesia (PBNI), dan didukung penuh oleh Bank BRI, mendirikan Pusat Pelatihan Batik Keraton Kanoman.

"Batik Keraton Kanoman Cirebon merupakan warisan budaya yang memiliki nilai histori tinggi yang patut dilestarikan, tapi sayangnya kini mulai terlupakan masyarakatnya sendiri. Karena itu, kami bersama-sama dengan BRI dan PBNI mendirikan pusat pelatihan batik sebagai cara memperkenalkan kembali batik Keraton Kanoman Cirebon," ujar Sultan Kanoman Cirebon Kanjeng Gusti Sultan Raja Mohammad Emirudin.

Untuk itu, sang sultan menunjuk adiknya, Ratu Raja Arimbi Nurtina sebagai pengelola pusat pelatihan tersebut. Ratu Arimbi yang juga sekaligus merupakan sekretaris kesultanan, mengharapkan ke depannya pusat pelatihan itu dapat menjadi langkah awal untuk kembali membangkitkan batik Keraton Kanoman Cirebon.

"Sekarang batik khas keraton ini memang mulai terlupakan, tapi dengan adanya pusat pelatihan ini, kami mengharapkan warga Cirebon bisa mengenal lebih jauh budayanya sendiri, sekaligus menambah komoditas wisata di Cirebon," ujar Ratu Arimbi, sembari menambahkan pusat pelatihan tersebut juga menawarkan workshop bagi para turis yang tertarik.

Dipusatkan di Keraton Kanoman Cirebon, pusat pelatihan batik ini menjadi salah satu kegiatan yang menarik untuk disaksikan.
Saat ini training centre tersebut melatih 20 perajin yang terdiri atas warga sekitar. Mereka tidak hanya dilatih membatik semata, melainkan diberi pengetahuan menyeluruh mengenai proses pembatikan mulai proses awal penggambaran pola hingga pewarnaan. Tidak hanya itu, peserta pelatihan juga diberi informasi mengenai teknik-teknik pemasaran serta distribusi batik. Dengan begitu, nantinya akan didapat perajin sekaligus pengusaha batik mandiri.

"Ini memang masih program eksperimental, tapi nantinya pelatihan ini akan diharapkan bisa melahirkan bukan hanya pengrajin, juga pengusaha batik yang lebih cenderung ke bentuk usaha komersial," sebut Ratu Arimbi

Kamis, 15 Juli 2010

Keunggulan Batik Trusmi


Berulangkali disetiap berlangsungnya pameran batik di Jakarta maupun di kota lain seringkali pembeli menanyakan kepada saya, “Apa sih keunggulan batik Trusmi atau batik Cirebonan dibanding dengan batik-batik yang berasal dari daerah lain?” Jawaban dari saya kurang lebih sebagai berikut: Menurut pendapat saya bahwa pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik dari berbagai daerah pada umumnya sangat bagus sekali serta memiliki corak motif yang sangat beragam dan khas serta tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari dari daerah lainnya.
Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik berbagai daerah merupakan kekuatan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kekayaan batik Indonesia. Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia.
Bilamana kita ingin melihat banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat saja. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu sudah memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut juga memiliki perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan perbedaannya.
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon Klasik seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas dan lain-lain.
Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan (ciri khas) batik Cirebon dibandingkan dengan produksi batik dari daerah lain adalah sebagai berikut
  1. Batik Cirebonan untuk desain-desain klasik tradisional biasanya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu. Disamping itu ada unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.
  2. Batik Cirebonan tradisional/klasik selalu bercirikan dengan latar belakang (dasar kain) berwarna lebih muda dibandingkan dengan warna garis motif utamanya
  3. Bagian latar/dasar kain biasanya bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga pada proses pewarnaan mengakibatkan zat warna yang tidak dikehendaki menempel pada kain.
  4. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus (canting tembok dan bleber).
  5. Warna-warna batik Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.
Kelima ciri tersebut merupakan hal teknis keunggulan dari batik Cirebonan klasik/tradisional.
Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran. Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar.
Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.
Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebon dengan teknik sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah segalanya oleh teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar.
Daerah penghasil produksi dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5 wilayah desa yang berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat batik Cirebonan). Desa-desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi..





Jumat, 06 November 2009

sejarah batik Trusmi

     Kesenian Batik merupakan kesenian gambar di atas kain yang telah menjadi salah satu kebudayaaan para keluarga keraton. Awalnya batik hanya berkembang di lingkungan keraton, dan hasilnya hanya di gunakan di lingkungan keraton saja.

     Di kabupaten Cirebon terdapat sebuah desa yang merupakan sentral batik. Nama desa tersebut Desa Trusmi yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan. Kedua Desa ini terletak di sekitar 5 km dari pusat kota.

     Batik Trusmi dimulai pada abad ke 14, pada saat itu Desa Trusmi baru resmi berdiri. Batik trusmi sendiri berasal dari lingkungan Keraton Pakungwati yang saat itu pada waktu itu masih dipimpin langsung oleh Sinuhun Kanjeng Jati Purba atau yang lebih terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

     Pada saat itu Sultan Cirebon memangil orang Trusmi yakni salah satu murid dari Pangeran Cakrabua yang pada saat itu memimpin Desa Trusmi. Beliau menyuruh orang Trusmi itu untuk membuat sebuah batik seperti miliknya tanpa membawa contoh batiknya. Contoh batik itu hanya boleh dilihat motif dan warnanya saja.

     Setelah beberapa hari santri dari Pangeran Cakrabuana tersebut kembali menghadap Sultan untuk memperliahatkan batik pesanan Kanjeng Sultan yang telah ia buat. Pada saat itu orang trusmi tersebut meminta batik asli kepada Kanjen Sultan,yang kemudian dibungkuslah kedua batik itu.


     Pada saat itu juga santri Pangeran Cakrabuana itu meminta agar Kanjeng Sultan memilih batik asli miliknya. Tetapi karena kemiripannya Kanjeng Sultan sendiri tidak mampu untuk membedakan mana batik asli miliknya dan mana batik buatan santri tersebut. Akhirnya Kanjeng Sultan mengakui bahwa batik orang trusmi sangat apik,dan sesuai dengan pemesanan tanpa ada yang berbeda sedikitpun dari permintaannya. Sejak peristiwa itu batik trusmi mulai diperkenalkan kepada masyarakat desa trusmi dan sekitarnya.



     Sekarang desa Trusmi sudah di resmikan oleh pemerintah Kabupeten Cirebon sebagai sentral batik, yang merupkan salah satu objek wisata di Kabupaten Cirebon.


     Terima kasih kepada para pembaca, saya sangat mengharapkan kritik serta saran dari saudara - saudara untuk lebih membuat cerita ini lebih baik lagi, dan tidak hanya sebuah cerita yang sejare - jare....

Kamis, 05 November 2009

Adat Istiadat Desa Trusmi

1)  Setiap malam 1 AsSyura Dewan Sembilan dan 4 orang kaum mengadakan musyawarah tahunan, yang dihadiri oleh Tokoh Masyarakat dan Masyarakat sekitar. Dalam acara ini juga diadakan doa bersama, pembacaan evaluasi tahun lalu, rencana 1 tahun kedepan, dan Sejarah yang berkaitan dengan Desa.  

2)  Setiap menjelang musim penghujan diadakan sedekah bumi atau disebut Memayu. yaitu mengganti atap Pendopo Balai Pekuncen yang terbuat dari welit. Dalam acara ini juga terdapat acara arak - arakan.  

3)  Setiap 1 windu atau 8 tahun sekali diadakan pergantian atap yang terbuat dari Sirap. Sirap merupakan atap yg terbuat dari Kayu jati. Tetapi seiring dengan kualitas kayu yang semakin berkurang pelaksanaan buka Sirap ini 4 tahun sekali, tetapi tetap tidak merubah adat asli sehingga buka sirap dilakukan separuh - separuh. 

4)  Muludan, yaitu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan pada tanggal 25 Maulid atau disebut Selawene.  

5) Setiap tanggal 21, 23, 25, 27, 29, bulan Ramadhan Dewan Sembilan dan 4 orag kaum mengadakan selametan yang disebut Maleman secara bergiliran.  

6)  Pada tanggal 1 Syawal Masyarakat berbondong - bondong bersedekah nasi dan lain-lain ke Pendopo Pekuncen untuk dibagikan kembali kemasyarakat yang kurang mampu. Selain itu setiap orang yang sudah berkeluarga pada umumnya memberikan zakat fitrah anggota keluarganya di Masjid kepada kaum yang selanjutnya dibagikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.  

7)  Pada tanggal 10 Dzulhijah, sama seperti 1 Syawal yaitu memberikan sedekah berupa nasi dan lain - lain. Selain itu juga banyak juga orang yang melaksanakan Kurban di masjid.  

8)  Setiap malam Jum`at,terlebih malam Jum`at kliwon diadakan tahlilan dengan maksud mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan memohon Karomahnya Mbah Buyut Trusmi. Selain malam Jum`at acara tahlilan ini juga di laksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, hanya saja tidak seramai malam Jum`at. Karena di malam Senin dan malam Kamis ini hanya warga terdekat Trusmi.  

9)  Setiap bulan Sapar masyarakat mengadakan sukuran berupa menghidangkan kueh Apem atau Cimplo,yang disebut sebagai acara ngapem. Dan  

10)  Dalam bulan AsSyura masyarakat,terutama Dewan Sembilan mengadakan selametan atau kenduren berupa membuat Bubur Syura  atau Syuraan. Selametan atau kenduren ini merupakan wujud rasa syukur atas kejadian - kejadian terdahulu, dan sebagai perlambang rasa gotong royong. 

Rabu, 04 November 2009

Sejarah Desa Trusmi


      Setelah kurang lebih 35 tahun berdirinya Pakuan Cirebon. Tepatnya pada tahun 1426,Cirebon telah merubah bentuk dari sebuah Pakuan menjadi sebuah Kerajaan. Dan pada waktu kepemimpinan diserahkan kepada putera dari perkawinan Ratu Mas Rara Santang dengan Syarif Abdullah atau Raja Mesir . Beliau bernama Syarif Hidayatullah yang bergelar Ingkang Sinuhun Kanjeng Sunan Jati Purba Panetap Panatagama Awliya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasullah atau lebih terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Beliau diangkat menantu oleh Ki Kuwu Cerbon II atau Pangeran Cakrabuana dengan mendapatkan Ratu Maro Pakungwati.
     Setelah Keraton Cirebon diserahkan kepada menantunya Beliau pergi ke arah barat, menuju sebuah bangunan yang masih darurat. Konon tempat tersebut merupakan tempat peristirahatan ketika Beliau membuka hutan untuk pertanian.

     Sesampainya disana, bangunan tersebut diperbaiki dan disempurnakan untuk dijadikan sebuah Masjid dan Pesantren. Sejak itu Beliau menetap dan tinggal disitu. Tidak beberapa lama daerah tersebut menjadi sebuah permukiman yang padat penduduk, sebagian besar penduduknya merupakan santri dari Beliau.

     Kemudian daerah tersebut diberi nama TRUSSEMI yang berasal dari kata Terus Bersemi , yang artinya apa yang ditanam terus tumbuh dengan subur. Dan Beliaulah yg di tunjuk oleh masyarakat sebagai pimpinan daerah tersebut.

     Akan tetpi dalam segala macam urusannya telah beliau kuasakan kepada beberapa orang kepercayaannya :
1. Urusan Kenegaraan Beliau serahkan kepada seorang Kepala Kampung atau disebut Kuwu.

2. Urusan Pesantren Beliau serahkan kepada Dewan Sembilan, yg susunannya sebagai berikut:
  • 1 orang sebagai Pimpinan Umum yang disebut Syef,
  • 4 orang sebagai pimpinan yang masing - masing berkuasa penuh pada minggu I, II, III, dan IV secara bergiliran yang disebut Kyai,
  • dan 4 orang lagi bertugas untuk mengawasi dan melayani Kyai, serta melayani para tamu yang datang ketempat tersebut. Yang disebut Juru Kuci. Tugas Juru Kunci juga bergilir sama seperti Kyai. 
     Dalam menjalankan tugasnya Dewan Sembilan dibantu oleh Sambang atau Kemit yang terdiri dari 16 orang, yaitu 4 orang dalam 1 minggu. Jadi dalam 1 minggu terdiri dari 1 orang Kyai, 1 orang Juru Kunci, dan 4 orang Sambang atau Kemit.
 
     Dewan Sembilan ini dipilih oleh masyarakat yang laki - laki dan masih memiliki keturunan dari Trusmi. Masa jabatan Dewan Sembilan ini seumur hidup, sehingga pergantian Dewan Sembilan ini dilakukan apabila dari salah satu Dewan sembilan ini meninggal dunia, dan calon dari Dewan Sembilan ini harus memiliki keturunan dari Dewan Sembilan.

3. Urusan Agama Beliau serahkan kepada 4 orang kaum, yaitu :
  • 1 orang Lebe, merupakan kepala dari 4 kaum ini, Lebe diangkat oleh Desa dan sebagai Pamong atau pegawai Desa,
  • 1 orang Ketib atau Khatib, merupakan wakil dari Lebe,
  • 1 orang Mudin atau Muadzin, dan
  • 1 orang Merbot atau Marbot.

     Kula ngaturaken kesuwun teng  Alm Bpk Mustani ingkang sampun kula sambut karya tulise, Mugi - mugi Almarhum di ampunten dosa - dosae lan diparingi terang teng alam kubure.. Amiiin....
     Kangge sederek - sederek khususe tiang trusmi, umume sinten mawon ingkang uning teng sejarah trusmi kula nyuwun komentare. Menawi wonten kesawonan kula nyuwun sarane supados sejarah trusmi nipun dados sejarah ingkang leres. Mboten sejare - jare mawon.
     Sederenge kula ngaturaken kesuwun ingkang sanget kangge sederek ingkang sampun maos tulisan kula.... 
   
Template Design by AzySurya